Sunday, July 31, 2011

CONTOH PROPOSAL PENELITIAN


PROPOSAL PENELITIAN

Pemanfaatan TONGKOL JAGUNG MENJADI BIOETANOL SEBAGAI ENERGI ALTERNAtiF PENGGANTI Bahan Bakar fosil



Diajukan Untuk Seminar Proposal Penelitian Dalam Penyusunan Skripsi
Oleh:

Nama                  :  Rahmadani
NIM                    :  408231039
Program Studi  :  Non-Kependidikan
Jurusan              :  Kimia


JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2011


DAFTAR ISI


                                                                                                            Halaman

Daftar Isi                                                                                 ii
Daftar Gambar                                                                        iii

BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Masalah                                       1
1.2.Identifikasi Masalah                                                         3
1.3.Batasan Masalah                                                   3
1.4.Rumusan Masalah                                                 4
1.5.Tujuan Penelitian                                                  4
1.6.Manfaat Penelitian                                                            4
                                                           

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.      Jagung                                                                         5
2.2.      Sistematika Tumbuhan Jagung                                   5
2.3.      Lignin                                                                          6
2.4.      Hemiselulosa                                                               6
2.5.      Selulosa                                                                       7
2.6.      Mikroba                                                                       8
2.7.      Bioetanol                                                                     9
2.8.      Hipotesis                                                                     9

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1.      Waktu dan Tempat                                                     10
3.2.      Alat dan Bahan                                                           10
3.3.      Prosedur Kerja                                                            10
3.3.1. Penghancuran Tongkol Jagung                         10
                        3.3.2. Pembuatan Media                                             11
                        3.3.3. Kurva Pertumbuhan                                          11
3.3.4. Pembuatan Bioetanol                                        15
                        3.3.5. Penentuan Densitas                                           16
DAFTAR PUSTAKA                                                                        17
LAMPIRAN                                                                           18







DAFTAR GAMBAR


                                                                                   
                                                                                                Halaman
                                                                       
Gambar 2.1. Struktur Lignin                                                   6
Gambar 2.2. Struktur Hemiselulosa                                        7
Gambar 2.3. Struktur Selulosa                                                8
Gambar 3.1. Skema Hidrolisis Selulosa                                 14
Gambar 3.2. Skema Pembuatan Bioetanol                             15












 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan bahan bakar minyak (BBM) saat ini semakin meningkat karena BBM sudah merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Sebagian besar atau bahkan hampir semua teknologi yang digunakan menggunakan bahan bakar minyak sebagai sumber energi. Tetapi BBM yang kita gunakan saat ini semakin langka. Hal ini dikarenakan kuantitas minyak bumi pada lapisan bumi terus menipis akibat dari eksploitasi terus-menerus. Satu kelemahan dari minyak bumi adalah sifatnya yang tidak mudah diperbaharui. Proses pembentukan minyak bumi membutuhkan waktu berjuta-juta tahun. Hal tersebut mengakibatkan harga minyak bumi semakin meningkat (Simamora, 2008).
Salah satu sumber energi yang bisa dimanfaatkan sebagai energi alternatif adalah bioetanol. Selain bisa menjadi pengganti BBM bioetanol juga mampu sebagai Octane Booster, artinya alkohol mampu menaikkan nilai oktan dengan dampak positif terhadap efisiensi bahan bakar dan menyelamatkan mesin. Fungsi lain adalah oxigenating agent, yakni mengandung oksigen sehingga menyempurnakan pembakaran dengan efek positif meminimalkan pencemaran udara. Bahkan berfungsi sebagai Fuel extender, yakni menghemat bahan bakar fosil. Campuran bioetanol 3% saja, mampu menurunkan emisi karbonmonoksida menjadi hanya 1,35% (Prihandana, 2007).
Menurut Bustaman (2008) penggunaan etanol sebagai bahan bakar mempunyai beberapa keunggulan dibanding dengan bensin, yaitu :
1.      Kandungan oksigen yang tinggi mencapai 35% sehingga jika dibakar sangat bersih.
2.      Ramah lingkungan karena emisi gas karbon-mono-oksida lebih rendah yakni sekitar 19-25% dibanding BBM sehingga tidak memberikan kontribusi pada akumulasi karbon dioksida di atmosfer dan bersifat terbarukan, sedangkan BBM akan habis karena bahan bakunya fosil.
3.      Sumber daya dapat diperbaharui (renewable resources).
4.      Bioetanol aman digunakan sebagai bahan bakar, karena etanol karena titik nyala etanol 3 kali lebih tinggi dibandingkan.
5.      Emisi hidrokarbon lebih sedikit.
6.      Konsumsi bahan bakar mengalami pemurnian seiring dengan meningkatnya kandungan etanol.
Banyak sumber daya alam yang dapat digunakan yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif dari bioetanol, salah satunya adalah tongkol jagung yang selama ini merupakan sampah yang masih belum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai tambah (added value), salah satunya adalah tongkol jagung (Prisanto, 2009).
Tongkol jagung yang termasuk biomassa mengandung lignoselulosa sangat dimungkinkan untuk dimanfaatkan menjadi bioetanol karena memiliki kandungan selulosa yang cukup banyak. Apalagi jagung adalah salah satu produk pertanian yang banyak dihasilkan di negara Indonesia. Pada tahun 2004 produksi jagung nasional mencapai 11.225.243 ton dan meningkat menjadi 12.523l.894 ton pada tahun 2005. Pemanfaatan jagung saat ini sangat beraneka ragam mulai dari bahan pangan hingga bioenergi. Buah jagung terdiri dari 30% limbah yang berupa tongkol jagung. Jika dikonversikan dengan jumlah produksi jagung pada tahun 2004 maka negara Indonesia berpotensi menghasilkan tongkol jagung sebanyak 3.757.000 ton pada tahun 2005. Jumlah limbah tersebut dapat dikatakan sangat banyak dan akan menjadi sangat potensial jika dapat dimanfaatkan secara tepat.
Proses pembuatan bioetanol terjadi dalam tiga tahap. Tahap pertama adalah persiapan bahan baku, yang berupa proses hidrolisa selulosa menjadi glukosa dengan cara enzimatis atau dengan asam encer atau pekat. Tahap kedua berupa proses fermentasi yaitu mengubah glukosa menjadi etanol dan CO2 sedangkan tahap ketiga yaitu pemurnian hasil dengan destilasi (Gozan, 2007).
Dalam proses pembuatan bioetanol ini, calon peneliti melibatkan biakan Trichoderma reesei dan Zymomonas Mobilis. Dimana Trichoderma reesei digunakan untuk mengubah selulosa menjadi glukosa. Sedangkan Zymomonas mobilis berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi etanol. Trichoderma reesei merupakan mikroorganisme yang mampu menghancurkan selulosa dan memiliki kemampuan mensintesis beberapa faktor essensial untuk melarutkan bagian selulos yang terikat kuat dengan ikatan hidrogen. Untuk Zymomonas mobilis, biakan ini mampu hidup pada kondisi kadar glukosa tinggi serta pertumbuhannya cepat. diduga juga sebagai mikroorganisme paling ideal penghasil etanol karena memproduksi etanol terbanyak, toleran terhadap etanol konsentrasi tinggi dan pH rendah. Zymomonas mobilis merupakan bakteri anaerob fakultatif yang memanfaatkan  glukosa, sukrosa dan fruktosa untuk menghasilkan etanol dengan jalur metabolisme Enter - deudoroff Pathway.
Keuntungan Zymomonas mobilis daripada S. cerevisia yakni; asupan gula dan hasil etanol lebih tinggi, produksi biomasa yang lebih rendah, toleransi terhadap etanol lebih tinggi, dan tidak memerlukan tambahan kontrol oksigen selama fermentasi.

1.2. Identifikasi Masalah
  1. Bahan bakar minyak merupakan kebutuhan vital bagi manusia dan sekarang jumlahnya semakin berkurang.
  2. Tongkol jagung merupakan sampah yang dapat mengakibatkan pencemaran lingkungan.
  3. Tongkol jagung merupakan biomassa yang mengandung lignoselulosa yaitu berupa selulosa yang dapat diolah menjadi bioetanol.

1.3. Batasan Masalah
1.      Tongkol jagung yang digunakan yaitu tongkol jagung Zea mays .L.
2.      Mikroba yang digunakan untuk tahapan hidrolisis adalah Trichoderma reesei.
3.      Mikroba yang digunakan untuk fermentsi adalah Zymomonas mobilis.
4.      pH yang digunakan pada pertumbuhan mikroba adalah 3-6.
5.      Suhu yang digunakan adalah suhu kamar (270C).

1.4. Rumusan Masalah
1.      Berapakah kondisi hidrolisis optimum dari limbah tongkol jagung dengan menggunakan mikroba Trichoderma viride?
2.      Berapakah kondisi fermentasi optimum dengan menggunakan mikroba Zymomonas mobilis
3.      Berapakah kadar bioetanol yang dihasilkan dari satu Kg tongkol jagung?

1.5. Tujuan Penelitian
1.      Mengetahui kondisi hidrolisis optimum dari limbah tongkol jagung dengan menggunakan mikroba Trichoderma viride
2.      Mengetahui kondisi fermentasi optimum dengan menggunakan mikroba Zymomonas mobilis.
3.      Mengetahui kadar bioetanol yang dihasilkan dari satu Kg tongkol jagung.

1.6. Manfaat Penelitian
1.      Dapat mengubah sampah tongkol jagung menjadi bioetanol sebagai solusi alternatif pengganti bahan bakar minyak yang dapat diperbaharui.
2.      Memberikan wawasan dan peluang bisnis.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Jagung
Jagung (Zea mays .L) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pangan pokok.
Seiring dengan kebutuhan jagung yang cukup tinggi, maka akan bertambah pula limbah yang dihasilkan dari industri pangan dan pakan berbahan baku jagung. Limbah yang dihasilkan diantaranya adalah tongkol jagung yang biasanya tidak dipergunakan lagi ataupun nilai ekonominya sangat rendah. Umumnya tongkol jagung dipergunakan sebagai pakan ternak sapi, ataupun di daerah pedesaan tongkol jagung ini dapat dimanfaatkan sebagai obat diare.
Tongkol jagung tersusun atas senyawa kompleks lignin, hemiselulose dan selulose . Masing-masing merupakan senyawa-senyawa yang potensial dapat dikonversi menjadi senyawa lain secara biologi. Selulose merupakan sumber karbon yang dapat digunakan mikroorganisme sebagai substrat  dalam proses fermentasi untuk mengahsilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi tinggi (Suprapto dan Rasyid, 2002).

2.2. Sistematika Tumbuhan Jagung
Kingdom         :  Plantae (Tumbuhan)
Sub kingdom   :  Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi    :  Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi               :  Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               :  Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas        :  Commelinidae
 Ordo               :  Poales
 Famili             : 
Poaceae (suku rumput-rumputan)
 Genus             : 
Zea
 Spesies           :  Zea mays .L

2.3. Lignin
Lignin adalah polimer aromatik kompleks yang terbentuk melalui polimerisasi tiga dimensi dari sinamil alkohol (turunan fenil propane) dengan bobot melekul mencapai 11. Dengan kata lain, lignin adalah makromolekul dari polifenil. Polimer lignin dapat dikonversi ke monomernya tanpa mengalami perubahan pada bentuk dasarnya. Lignin yang melindungi selulosa bersifat tahan terhadap hidrolisis karena adanya ikatan arilalkil dan ikatan eter.   
structure of lignin
Gambar 2.1. Struktur Lignin

2.4. Hemiselulosa
Hemiselulosa terdiri atas 2-7 residu gula yang berbeda. Hemiselulosa berbeda dengan selulosa karena komposisinya teridiri atas berbagai unit gula, disebabkan rantai molekul yang pendek dan percabangan rantai molekul. Unit gula (gula anhidro) yang membentuk hemiselulosa dapat dibagi menjadi kompleks seperti pentosa, heksosa, asam keksuronat dan deoksi-heksosa (Fengel dan Wegener, 1995; Nishizawa, 1989).
Hemiselulosa ditemukan dalam tiga kelompok yaitu xylan, mannan, dan galaktan. Xylan dijumpai dalam bentuk arabinoxylan, atau arabino glukurunoxylan. Mannan dijumpai dalam bentuk glukomannan dan galaktomannan. Sedangkan galaktan yang relative jarang, dijumpai dala bentuk arabino galaktan.
Hemicell3

             Gambar 2.2. Struktur Hemiselulosa (Cole dan Fort, 2007)

 

2.5. Selulosa
Selulosa merupakan struktur dasar sel-sel tanaman, oleh karena itu merupakan bahan alam yang paling penting yang dibuat oleh organisme hidup. Selulosa merupakan polimer linier dengan berat molekul tinggi yang tersusun seluruhnya atas ß-D-glukosa (Fenger dan Wegner, 1995).
Selulosa hampir tidak pernah ditemui dalam keadaan murni di alam melainkan selalu berikatan dengan bahan lain yaitu lignin dan hemiselulosa. Serat selulose alami terdapat di dalam dinding sel tanaman dan material vegetatif lainnya.
Seluosa murni mengandung 44,4% C; 6,2% H dan 49,3% O. Rumus empiris selulosa adalah (C6H10O5)n, dengan banyaknya satuan glukosa yang disebut dengan derajat polimerisasi (DP), dimana jumlahnya mencapai 1.200-10.000 dan panjang molekul sekurang-sekurangnya 5.000 nm. Berat molekul selulosa rata-rata sekitar 400.000 mikrofibril selulosa terdiri atas bagian amorf (15%) dan bagian berkristal (85%). Struktur berkristal dan adanya lignin serta hemiselulosa disekeliling selulosa merupakan hambatan utama untuk menghidrolisa selulosa (Sjostrom, 1995). Pada proses hidrolisa yang sempurna akan mengahasilkan glukosa, sedangkan proses hidrolisa sebagian akan menghasilkan disakarida selebiosa.
Cellulose2

Gambar 2.3. Struktur Selulosa (Cole dan Fort, 2007)

2.6. Mikroba
Dalam proses hidrolisis mikroba yang digunakan adalah Trichoderma reesei, dan untuk proses fermentasi menggunakan Zymomonas mobilis. Komponen utama dari sistem selulase Trichoderma reesei adalah kedua jenis enzim selobiohidrolasenya, yaitu CBHI dan CBHII, yang berjumlah total 80% dari total protein selulase yang dihasilkan. Trichoderma reesei dapat tumbuh optimum pada suhu 35-37 °C, dengan suhu minimum 6-8 °C, dan suhu maksimum 45-47 °C. Selain itu, dalam proses pertumbuhannya fungi ini memerlukan oksigen yang cukup (aerobik). Dan pada proses fermentasi (mengubah glukosa menjadi etanol) digunakan Zymomonas mobilis. Keuntungan Zymomonas mobilis daripada S. cerevisia yakni:   asupan gula dan hasil etanol lebih tinggi, produksi biomas yang lebih rendah, lebih tinggi toleransi terhadap etanol, dan tidak memerlukan tambahan kontrol oksigen selama fermentasi
Selain itu, Zymomonas mobilis diduga juga sebagai mikroorganisme paling ideal penghasil etanol karena memproduksi etanol terbanyak, toleran terhadap etanol konsentrasi tinggi dan pH rendah. Zymomonas mobilis merupakan bakteri anaerob fakultatif yang memanfaatkan  glukosa, sukrosa dan fruktosa untuk menghasilkan etanol dengan jalur metabolisme Enter - deudoroff Pathway.


2.7. Bioetanol
               Bioetanol merupakan bahan bakar dari minyak nabati yang memiliki sifat menyerupai minyak premium. Untuk pengganti premium, terdapat alternatif gasohol yang merupakan campuran antara bensin dan bioetanol. Adapun manfaat pemakaian gasohol di Indonesia yaitu : memperbesar basis sumber daya bahan bakar cair, mengurangi impor BBM, menguatkan security of supply bahan bakar, meningkatkan kesempatan kerja, berpotensi mengurangi ketimpangan pendapatan antar individu dan antar daerah, meningkatkan kemampuan nasional dalam teknologi pertanian dan industri, mengurangi kecenderungan pemanasan global dan pencemaran udara (bahan bakar ramah lingkungan) dan berpotensi mendorong ekspor komoditi baru.




















BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di laboratorium Kimia, Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan. Adapun yang menjadi alas an dari pemeilihan tempat bahwa calon peneliti merupakan mahasiswa jurusan kimia sehingga untuk memudahkan akses penelitian. Waktu penelitian selama 4 bulan, mulai dari bulan Maret 2011 sampai bulan Juli 2011.

3.2. Alat dan Bahan
Alat-alat yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Peralatan gelas seperti gelas piala, erlenmeyer, gelas ukur, gelas alroji, corong kaca, pengaduk, tabung reaksi,  botol, dan pipet tetes, (2) Alat penunjang lain seperti oven, pemanas listrik, lumping dan alu, neraca analitik, autoklaf, blender, termometer, alat destilasi,  jarum ose,  piknometer, cawan petri, spektronik-20, dan GC.
Bahan- bahan yang akan digunakan pada penelitian ini adalah tongkol jagung, toge, agar bakto, KI 10%, HCl 0,1M, H2SO4 25%,  NaOH 0,1M, kapang Tricoderma reesei, bakteri Zymomonas mobilis, (NH4)2HPO4 10 %, alkohol, bakto pepton, NaCl, glukosa, sukrosa, Na2SO4 0,1N, larutan kanji, Pb-asetat, larutan Luff-Schoorl, dan aquades.

3.3. Prosedur Kerja
3.3.1. Penghancuran Tongkol Jagung
Perlakuan fisika terhadap tongkol jagung meliputi pencucian, pengeringan, dan pengayaan. Pencucian dilakukan untuk menghilangkan bahan-bahan yang terikut dalam tongkol seperti tanah, cangkang dan kotoran lain. Pengeringan dilakukan pada suhu  100oC didalam oven selama 1 hari dan dicapai kadar air 14,79 %. Pengeringan ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses penggilingan serat tongkol jagung, karena pada keadaan lembab tongkol jagung sukar untuk dihancurkan. Tahap penghancuran bertujuan untuk memperkecil ukuran tongkol jagung. Alat yang digunakan adalah blender, tongkol yang sudah dihancurkan kemudian diayak dengan ukuran berturut-turut adalah 25, 50, dan 100 mesh.

3.3.2. Pembuatan Media
3.3.2.1. Media Padat
Media padat terdiri dari 10 % ekstrak toge (4 mg toge dimasak selama 1 jam dalam 40 mL aquades, setelah itu diangkat dan disaring, lalu ditambah aquadet hingga 40 mL), 2,4 g sukrosa dan 0,8 g agar bakto. Kemudian disterilkan dalam autoklaf selama 1 jam pada tekanan 0,12 psi dan 1200C.
3.3.2.2. Media cair
Media cair dibuat dengan memasak 25 g toge dalam 250 mL aquadest selama 1 jam, kemudian diangkat dan disaring, lalu ditambahkan aquades hingga 250 mL. Setelah itu disterilkan dalam autoklaf selama 1 jam pada tekanan 0,12 psi dan 1200C.

3.3.3. Kurva Pertumbuhan
3.3.3.1. Lama waktu pertumbuhan
Lama waktu pertumbuhan dilakukan pada suhu kamar dan pH 7. Trichoderma reesei dibiakan dalam media cair. 10 mL media cair dimasukkan ke dalam 10 erlenmeyer. Petumbuhan jamur diamati dengan spektronik. Sebelumnya, media cair yang telah steril diambil untuk menentukan panjang gelombang maksimun yaitu pada 300 nm, 400 nm 450 nm, 500 nm, 550 nm, dan 600 nm. Petumbuhan jamur diamati pada panjang gelombang maksimun mulai dari hari 1 sampai hari 10.

3.3.3.2. pH (keasaman)
pH optimum ditentukan dengan menggunakan waktu pertumbuhan optimum pada suhu kamar dengan variasi pH 3, 4, 5, dan 6. Selanjutnya ditentukan pH optimum berdasarkan nilai absorbansinya oleh spectronik uv.
3.3.3.3. Pengaruh Penghilangan Lignin Terhadap Kadar Glukosa
Pada proses ini dibuat 2 media, media hidrolisis pertama terdiri dari 150 mL ekstrak toge, 7,5 g serbuk tongkol jagung dan 15 mL media cair yang telah diberi Trichoderma reesei. Untuk media kedua dibuat dengan komposisi yang sama, sebelumnya serbuk tongkol jagung diberi perlakuan pendahuluan (penghilangan lignin) yaitu sebanyak 7,5 g tongkol jagung yang telah menjadi serbuk direndam dengan NaOH 0,1 M sebanyak 15 mL selama 24 jam. Kemudian disaring dan dibilas dengan HCl 0,1 M lalu dimasukkan ke dalam media hidrolisis. Pada proses ini menggunakan kondisi optimum Trichoderma reesei.
Hasil hidrolisis ditentukan kadar glukosa dengan metode Luff-Schoorl yaitu;
1.      Menimbang 10,3 g serbuk tongkol jagung dan memasukkan ke dalam labu ukur 250 mL dan menambahkan sedikit aquades lalu kocok.
2.      Menambahkan Pb-asetat 1 mL  dan digoyangkan
3.      Teteskan satu tetes larutan (NH4)2HPO4 10 % hingga timbul endapan putih
4.      Menambahkan aquasdes hingga tanda batas.
5.      Memipet 10 mL larutan hasil penyaringan dan masukkan ke dalam erlenmeye 500 mL.
6.      Menambahkan 15 mL aquades dan 25 mL larutan Luff-Schoorl serta beberapa batu didih.
7.      Hubungkan erlenmeyer dengan pendingin tegak, panaskan diatas pemanas listrik, usahkan dalam waktu 3 menit sudah harus mulai mendidih.
8.      Memanaskan terus selama 10 menit kemudian angkat dan segera dinginkan dalam bak berisi es (jangan goyangkan).
9.      Setelah dingin, menambahkan 10 mL larutan KI 20% dan 25 mL larutan H2SO4 25% (hati-hati terbentuk gas CO2).
10.  Titrasi dengan larutan Na2S2O3 0,1 N dengan larutan kanji 0,5 % sebagai indicator, misalkan V1 mL Na2S2O3 0,1 N.
11.  Kerjakan penetapan blanko dengan 25 mL air dan 25 mL larutan Luff-Schoorl, misalkan dibutuhkan V2 mL Na2S2O3 0,1 N (Lampiran 2).
Perhitungan:
(V2 - V1) mL Na2S2O3 yang dibutuhkan diubah menjadi mL Na2S2O3 0,1 N.
% glukosa = FP x W1  x 100%
                          W
Dimana: W1 = berat glukosa (mg)
   W  = berat sampel (mg)
   FP = faktor pengenceran
                                    (Sumber: Mulyono, 2005)





 



                        +150mL ektrak toge
   + 15mL


 


+15 mL media cair yang telah diberi Trichoderma reesei.
                                                                                                                                                                                                                                    + NaOH 0,1 M
                                                                                                diinkubasi 24jam
Hidrolisis
 
                                                                                                + HCl 0.1 M








 


Uji Glukosa
 
                      
Uji Glukosa
 
               + Luff-Schoorl







                                                                                                 + Luff-Schoorl


Uji Glukosa
 




                      
                       Gambar 3.1. Skema Hidrolisis Selulosa





3.3.4. Pembuatan Bioetanol
Pada proses fermentasi, dibuat secara campur (S) dan terpisah (T) untuk yang serentak dibuat dengan menambahkan 25 g serbuk tongkol jagung dalam 500 mL ekstrak toge dan 50 mL media cair yang telah diberi Trichoderma reesei. Setelah itu ditambahkan bakteri Zymomonas mobilis sedang terpisah dibuat dengan komposisi yang sama tetapi sebelum penambahan bakteri Zymomonas mobilis, serbuk tongkol jagung disaring. Kemudian filtrat ditambahkan bakteri Zymomonas mobilis. Hasil fermentasi kemudian didestilasi pada suhu 78-900C. Bioetanol yang dihasilkan ditentukan kadarnya dengan gas kromatografi (GC).

Fermentasi
 
Filtrat
 
Ampas
 
    Destilasi
 
Ampas
 
Filtrat
 
Fermentasi
 
Hidrolisis
 
Serbuk Tongkol Jagung
 
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                       + T. reesei                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                    + Z. mobilis                                                        Disaring                                                                                                                                                                                Disaring                                                                                                                                                                                                                                                                                                                 + Z. mobilis                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               
                                                                                                                   


        GC
 


                                                                                                                                                           
Gambar 3.2. Skema Pembuatan Bioetanol    


3.3.5. Penentuan Densitas
Piknometer kosong yang bersih dan kering ditimbang (Go). Kemudian diisi dengan sampel bioetanol, lalu tutup kapiler dimasukkan sampai tanda batas lalu ditimbang (G). Harga densitas dapat dihitung dengan persamaan :
                                      

Dimana : P   = Densitas (g/cm)
G  = Berat piknometer dan sampel
Go = Berat piknometer kosong
Vt  = Volume piknometer
Bilangan 0,0012 adalah koreksi terhadap udara.
(Mulyono, 2005)



















DAFTAR PUSTAKA

Bustaman, S., (2008), Kebijakan Pengembangan Bahan Bakar Nabati (Bioetanol) Di Maluku. Jurnal Ekonomi Dan Pembangunan 17: 89-106.
Cole, B. dan Fort, R., (2007), http:Chemistry_umeche_maine.edu/Fort/cole-Fort.html (diakses Februari 2011).
Fengel, D. dan  Wegener, G., (1995), Kayu: Kimia, Ultra Struktur, Reaksi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Gozan, M., (2007), Sakarafikasi dan Fermentasi Bagas Menjadi Etanol Menggunakan Enzim Sellulase dan Enzim Sellobiase, Jurnal Teknologi 8: 43-47.
Mulyono, (2005), Membuat Reagen Kimia, Bumi Aksara, Bandung.
Nishizawa, K., (1989), Degradation of cellulose and Hemicelluloses Biomass Handbook,  Gordon & Breach Science Publisher, New York.
Prihandana, R., (2007), Bioetanol Ubi Kayu Bahan Bakar Masa Depan, PT Agromedia Pustaka, Jakarta.
Prisanto,  F.,  (2009), Pemanfaatan Biomassa Tongk­ol Jagung Menjadi Bioetanol, http://eprints.undip.ac.id/3019/1/Abstrak_final.pdf.
Simamora, S., (2008), Membuat Biogas Penggaanti Bahan Bakar Minyak Dan Gas, Agromedia, Jakarta.
Sjostrom, E., (1995),  Kimia Kayu:  Dasar-dasar dan Penggunaan, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. 
Suprapto, H.S. dan Rasyid, M.S., (2002), Bertanam Jagung, Penebar Swadaya, Jakarta.
Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Progam
Jadwal kegiatan yang akan dilakukan diuraian dalam bentuk Bar-chart berikut ini:
No
Uraian kegiatan
Bulan Ke-
I
II
III
IV
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1.
Persiapan

















1.      Koordinasi dengan dosen pendamping


















2.      Mempersiapkan alat dan bahan

















2.
Pelaksanaan

















1.      Pembuatan Media
a.       Media Padat
b.      Medai Cair

















2.      Pembuatan Kurva Pertumbuhan kapang Trichoderma viride


















3.      Pengaruh Penghilangan Lignin Terhadap Glukosa

















4.      Pembuatan Bioetanol

















5.      Penentuan Densitas
















3.
Penyusunan laporan



















Lampiran 2. Tabel Penetapan Gula Menurut Luff Schoorl
Na2S2O3 0,1 N
(mL)
Glukosa, Fruktosa
Gula inverse (mg)
Laktosa
(mg)
Maltosa
(mg)
1
2,4
3,6
3,9
2
4,8
7,3
7,8
3
7,2
11,0
11,8
4
9,7
14,7
15,6
5
12,2
18,4
19,6
6
14,7
22,1
23,5
7
17,2
25,8
27,5
8
19,8
29,5
31,5
9
22,4
33,2
35,5
10
25,0
37,0
39,5
11
27,6
40,8
43,5
12
30,3
44,6
47,5
13
33,0
48,6
51,6
14
35,7
52,2
55,7
15
38,5
56,0
59,8
16
41,3
59,9
63,9
17
44,2
63,8
68,0
18
47,1
67,7
72,2
19
50,0
71,1
76,5
20
53,0
75,1
80,9
21
56,0
79,8
85,4
22
59,1
83,9
90,0